Beberapa area terindikasi merupakan area high challange dimana ditandai dengan kasus penyakit Gumboro yang sering muncul atau tidak jarang kasus Gumboro hanya ditemukan pada farm itu-itu saja walaupun sudah melakukan berbagai macam antisipasi. Dari kasus-kasus penyakit gumboro yang ditemukan di Indonesia didapatkan bahwa merupakan penyakit gumboro ganas atau sering disebut vvIBD. Seperti berdasarkan hasil isolasi dan sequenzing yang berasal dari kasus penyakit gumboro di Indonesia.
Salah satu sifat virus vvIBD adalah bisa menembus kekebalan induk lebih tinggi dibandingkan jenis virus gumboro yang lain. Dikutip dari jurnal Avian disease 2011,Jackwood menyatakan bahwa vvIBD bisa menembus maternal antibody pada level titer GMT Elisa di angka >2000 dan bereplikasi di bursa fabricius tanpa menimbulkan kematian pada ayam tersebut. Sehingga sangat diperlukan program pencegahan terutama dilakukan dengan sanitasi yang ketat untuk meminimalkan keganasan virus vvIBD dan semakin lengkap programnya yang dikombinasikan dengan vaksinasi tepat dan optimal.
1. Program Sanitasi
Program sanitasi yang optimal dimulai dari sebelum DOC masuk, pada saat ada ayam dan perlakuan sesudah ayam panen. Karena virus IBD tidak mempunyai amplop maka virus ini sangat bisa bertahan lama tahan dikandang terutama pada sisa kotoran (1-4 bulan) begitu juga di tubuh vektornya seperti darking bettle (6 bulan) serta sangat tahan dengan beberapa jenis desinfektan. Sehingga diperlukan pemilihan desinfektan yang tepat disertai dengan aplikasi desinfektan yang optimal. Untuk kontrol vektornya, sangat diperlukan melakukan penyemprotan bahan pestisida juga pada waktu yang tepat didasarkan pada pola hidup vektor tersebut biasanya dilakukan setelah panen tetapi sebelum peralatan dan kotoran/sekam dikeluarkan. Program ini salah satu cara meninimalkan keganasan virus IBD di setiap kandang.
2. Program vaksinasi
Selain kondisi ayam pada saat vaksin bekerja, program vaksinasi IBD tergantung dari jenis vaksin, waktu vaksinasi dan cara aplikasi vaksin. Sehingga untuk memaksimalkan kekebalan terhadap penyakit gumboro selalu yang menjadi pertanyaan adalah:
- Vaksin apa yang tepat?
Pertanyaan ini berhubungan erat dengan jenis tantangan penyakit Gumboro dilapangan. Berdasarkan berbagai penelitian, salah satunya Palya, dkk (2008) menunjukkan bahwa vaksin intermediate plus yang sudah bekerja di bursa fabricius dapat mencegah replikasi virus vvIBD di bursa fabricius pada ayam yang sama dan hal ini tidak terjadi pada ayam yang di vaksin intermediate. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin intermediate plus merupakan vaksin yang sangat cocok untuk kontrol penyakit gumboro jenis vvIBD.
- Kapan vaksinasinya dilakukan?
Pertanyaan ini bekaitan erat dengan tingkat dan keseragaman kekebalan induk mengingat kekebalan induk bisa menetralisasi virus vaksin. Untuk menjawab hal ini, yang selalu dilakukan adalah melakukan uji titer Elisa pada ayam DOC mengingat variasi antar satu kelompok DOC pada kandang satu dengan kandang yang lain sangat beragam. Karena setiap vaksin hanya mempunyai kemampuan menembus kekebalan induk di level tertentu maka dimana vaksin intermediate hanya dapat menembus sampai titer Elisa 200 dan intermediate plus sampai titer 500-750. Maka ketepatan vaksin sangat diperlukan mengingat bervariasinya kekebalan induk.
- Bagaimana proses perlakuan vaksin dan aplikasi yang benar?
Pertanyaan ini menunjukkan sangat pentingnya dosis vaksin yang harus masuk ke setiap individu ayam. Kontrol hasil aplikasi vaksin secara kualitatif dan kuantitatif sangat diperlukan untuk memudahkan analisa keberhasilan proses aplikasi vaksin IBD.
VAKSINASI di HATCHERY merupakan salah satu bagian untuk memaksimalkan kontrol penyakit gumboro vvIBD. Sejak tahun 2006, Ceva Animal Health memperkenalkan teknologi vaksin gumboro Cevac Transmune yang diaplikasikan di hatchery dengan kontrol CHICK Program, dimana terdapat banyak keuntungannya antara lain:
- Cevac Transmune merupakan vaksin intermediate plus dan sangat cocok untuk tantangan vvIBD yang ada didaerah endemis vvIBD
- Tidak terpengaruhi kekebalan induk karena menggunakan teknologi immunekompleks dengan tingkat keseragaman titer yang dihasilkan lebih baik
3. Kualitas aplikasi vaksin lebih maksimal karena dengan CHICK Program, analisa
kesuksesan aplikasi dapat diamati secara kuantitatif serta kualitatif.
Untuk itu kombinasi sanitasi yang ketat dan tepat disertai program vaksinasi hatchery vaksin dengan CHICK program akan memberikan kekebalan yang optimal terhadap tantangan vvIBD dilapangan pada ayam broiler.